KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DIARE
(AKUT DAN KRONIS)
- KONSEP DASAR PENYAKIT
- DEFINISI / PENGERTIAN
Diare adalah buang
air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO, 1985 dalam Kapita
Selekta Kedokteran FKUI 2001).
Diare akut
adalah diare awalnya mendadak dan berlangsung singkat,dalam beberapa jam sampai
7 atau 14 hari. Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga
minggu pada orang dewasa dan dua minggu pada bayi anak-anak (Kapita selekta
kedokteran, FKUI 2001).
- PENYEBAB DIARE
Penyebab diare yang
utama adalah infeksi parasit, virus maupun bakteri. Penyebab lain diare antara
lain : efek samping obat-obatan tertentu, pemberian makan per selang, gangguan
metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi dan malabsorpsi, paralitik ileus dan
obstruksi usus. Ditinjau dari sudut patofisiologinya, diare dibadakan menjadi
diare sekresi dan diare osmotik.
Diare sekresi
disebabkan oleh :
a. Infeksi
(virus,bakteri dan parasit).
b. Hiperperistaltik
usus (akibat bahan-bahan kimia, makanan, gangguan psikis, gangguan saraf, hawa
dingin alergi dan sebagainya).
c. Defisiensi
imun terutama SIgA (Secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan
berlipatgandanya bakteri/flora usus dan jamur terutama candida.
Diare osmotik disebabkan oleh :
a. Malabsorpsi
makanan (karbohidrat,lemak,protein,vitamin dan mineral).
b. Kekurangan
kalori protein (KKP).
- EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
Penyakit ini
ditularkan secara fekal oral melalui makanan atau minuman yang tercemar. Di
negara berkembang tingginya prevalensi penyakit diare merupakan kombinasi dari
sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan
turunnya daya tahan tubuh.
Dalam penelitian
di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur 1993 – 1994) terhadap 123 pasien
diare dewasa yang di rawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi
dengan E. coli (38,29%), V cholerae (18,29%), Aeromonas sp (14,29%) sebagai
tiga penyebab terbanyak.
- PATOFISIOLOGI
Diare sekresi merupakan diare dengan
volume banyak yang disebabkan oleh peningkatan produksi dan sekresi air serta
elektrolit oleh mukosa usus ke dalam lumen usus. Diare osmotik terjadi bila air
terdorong ke dalam lumen usus oleh tekanan osmotik dari partikel yang tidak
dapat diabsorpsi, sehingga reabsorpsi air menjadi lambat.
Sebagai akibat
dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
a.Kehilangan air
(dehidrasi). Dehidrasi terjadi akibat pengeluaran air lebih banyak dari
pemasukan air, merupakan penyebab kematian pada diare.
b.Gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), terjadi karena kehilangan natrium
bikarbonat bersama tinja, penimbunan asam laktat karena anoksia jaringan,
produk metabolism yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
ginjal (oligouria/anuria), pemindahan ion natrium dari ekstrasel kedalam
intrasel. Secara klinis asidosis dapat dilihat dari pernapasan Kussmaul.
c.Gangguan
sirkulasi. Sebagai akibat diare dengan atau tanpa muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak ditangani
segera akan terjadi kematian.
Skema
patofisiologi penyakit dikaitkan dengan munculnya masalah keperawatan dapat
dilihat pada lampiran.
- MANIFESTASI KLINIS
a. Frekuensi
defekasi meningkat dengan konsistensi cair.
b. Pasien mengeluh nausea, muntah, nyeri
perut sampai kejang perut, distensi, gemuruh
usus (borborigimus), dan demam.
c. Kekurangan cairan dapat menyebabkan
rasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta
suara menjadi serak.
d. Pernapasan Kussmaul sebagai tanda
asidosis metabolic.
e. Kontraksi spasmodik yang nyeri dan
peregangan yang tidak efektif pada anus (tenesmus) dapat terjadi setiap defekasi.
f. Bila terjadi renjatan hipovolemik
berat maka denyut nadi cepat (>120 kali per menit), tekanan darah menurun
sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin
dan kadang sianosis.
g. Kekurangan kalium dapat menyebabkan
aritmia jantung.
h. Perfusi ginjal yang menurun dapat
terjadi anuria.
Gejala klinis pasien
tergantung pada derajat dehidrasi yang dialami :
Gejala Klinis
|
Derajat Dehidrasi
|
||
Ringan
|
Sedang
|
Berat
|
|
Keadaan Umum
Kesadaran
Rasa haus
Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Mata
Turgor & Tonus
Diuresis
Selaput lendir
|
Baik ( CM )
+
Normal (80x/mnt)
Biasa
Agak cekung
Biasa
Normal
Normal
|
Gelisah
++
Cepat
Agak cepat
Cekung
Agak kurang
Oligouria
Agak kering
|
Apatis – koma
+++
Cepat sekali
Kuszmaull
Cekung sekali
Kurang sekali
Anuria
Kering/Asidosis
|
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan biasanya adalah pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium sangat penting artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang
tepat sehingga pengobatan yang tepat dapat diberikan. Pemeriksaan yang perlu
dilakukan :
1)
Pemeriksaan tinja
Ø Makroskopis
dan mikroskopis.
Ø Biakan
kuman untuk mencari kuman penyebab.
Ø Tes
resistensi untuk mencari berbagai kuman penyebab.
Ø pH
dan kadar gula jika dicurigai ada intoleransi glukosa.
2) Pemeriksaan darah.
Ø Darah
lengkap.
Ø pH,
cadangan alkali, dan elektrolit untuk menentukan ganguan keseimbangan asam
basa.
Ø Kadar
ureum untuk mengetahui faal ginjal.
3)Duodenal intubation.
Ø Untuk
mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare
kronik.
7. PENATALAKSANAAN
MEDIS
a.
Rehidrasi sebagai prioritas utama. Hal penting yang perlu diperhatikan :
1) Dehidrasi ringan diberikan oralit.
Diberikan cairan Ringer Laktat, bila tak tersedia dapat diberikan cairan NaCl
isotonikditambah 1 ampul natrium bikarbonat 7, 5 % 50 ml.
2) Jumlah cairan yang
diberikan sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan. Dapat dihitung dengan cara
(Metoda Pierce), dimana kebutuhan cairan dari masing-masing derajat dehidrasi
adalah : dehidrasi ringan (5% X BB), sedang (8% X BB), berat (10% X BB).
3) Cara pemberian dapat dipilih
oral atau IV.
b. Identifikasi penyebab infeksi untuk
pemberian antibiotic.
c. Terapi simtomatik seperti obat antidiare
diberikan dengan sangat hati-hati dengan
pertimbangan yang rasional. Anti motilitas dan sekresi usus seperti
loperamid sebaiknya jangan dipakai pada
infeksi salmonella, shigela, dan colitis pseudomembran kare akan memperburuk
diare. Bila pasien amat kesakitan dapat diberikan antimotilitas usus dalam
jangka pendek selama 1 – 2 hari saja. Pemberian antiemetik pada anak dan remaja
dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan ekstrapiramidal.
- KONSEP DASAR ASKEP
- PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Ø Riwayat
kesehatan untuk mengetahui awitan dan pola diare serta pola eliminasi pasien
sebelumnya, terapi obat-obatan saat ini, riwayat medis dan bedah terdahulu,
asupan diet harian.
Ø Ditanyakan
tentang kram abdomen dan nyeri, frekuensi dan dorongan mengeluarkan feses,
adanya feses cair atau berminyak, mukus, pus dan darah dalam feses.
Ø Pengkajian
obyektif mencakup penimbangan BB, mengkaji adanya hipotensi postural,
takikardia, dan inspeksi feses dalam hal konsistensi bau dan warna.
Ø Auskultasi
abdomen menunjukkan bising usus dan karakternya.
Ø Distensi
abdomen dan nyeri tekan perlu dikaji, membran mukosa dan kulit perlu diinspeksi
untuk menentukan status hidrasi.
Ø Kulit
perianal diinspeksi terhadap adanya iritasi.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN/POTENSIAL
KOMPLIKASI
1) Diare b.d infeksi, ingesti makanan pengiritasi,
atau gangguan usus.
2) Kurang volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
akibat diare dan muntah.
3)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan nutrisi tak adekuat
akibat mual dan anoreksia.
4)
Risiko terhadap kurang volume cairan b.d pasase feses yang sering dan kurangnya
asupan cairan.
5)
Ansietas b.d eliminasi yang sering dan tidak terkontrol.
6)
Risiko kerusakan integritas kulit b.d pasase feses yang sering dan encer.
7)
Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d efek dehidrasi akibat diare.
8)
Kurang pengetahuan tentang pencegahan penularan b.d informasi yang tak adekuat.
9)
Nyeri akut b.d terangsangnya reseptor nyeri akibat peningkatan peristaltik.
10)
PK : Asidosis Metabolik.
3.RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Diare (mengontrol diare)
Ø Pantau
konsistensi dan frekuensi defekasi.
Ø Dorong
pasien beristirahat di tempat tidur selama periode akut.
Ø Anjurkan
minum cairan dan makan makanan rendah serat selama periode akut.
Ø Anjurkan
diet saring dari semi padat hingga padat jika asupan makanan ditoleransi.
Ø Batasi
minuman yang mengandung kafein dan karbonat.
Ø Anjurkan
pasien menghindari makanan terlalu panas atau terlalu dingin.
Ø Batasi
pemberian susu, lemak, buah segar dan sayuran selama beberapa hari.
Ø Kolaborasi
pemberian anti diare.
2) Mempertahankan keseimbangan cairan.
Ø Kaji
tanda-tanda dehidrasi (penurunan turgor kulit, takikardi, nadi lemah, penurunan
natrium serum dan haus).
Ø Pantau
intake dan output cairan.
Ø Pantau
berat jenis urine
Ø Timbang
BB setiap hari.
Ø Anjurkan
asupan cairan oral (air, jus, kaldu, atau jenis minuman lain yang dijual).
Ø Kolaborasi
pemberian cairan parenteral.
3) Meningkatkan keseimbangan
nutrisi.
Ø Kaji
faktor-faktor yang menurunkan nafsu makan.
Ø Pantau
jumlah asupan nutriasi.
Ø Jelaskan
pentingnya asupan nutrisi yang adekuat untuk mempecepat penyembuhan.
Ø Diskusikan
diet yang diperbolehkan.
Ø Dorong
pasien makan secara bertahap sesuai batasan diet.
Ø Kolaborasi
pemberian vitamin.
4) Mengurangi ansietas.
Ø Berikan
kesempatan pasien untuk mengekspresikan rasa takut dan kekhawatirannya akibat
kurang terkontrolnya eliminasi usus.
Ø Bantu
pasien mengidentifikasi makanan pengiritasi dan stressor yang mencetuskan
diare.
Ø Dukung
pasien untuk menggunakan mekanisme koping.
5) Perawatan kulit.
Ø Pantau
tanda-tanda iritasi kulit perianal.
Ø Instruksikan
pasien untuk melakukan perawatan kulit perianal seperti mengelap atau
mengeringkan area setelah defikasi.
Ø Berikan
pelindung kulit dan barier pelembab sesuai kebutuhan.
6) Mempertahankan
keseimbangan suhu tubuh.
Ø Pantau
tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
Ø Diskusikan
kemungkinan penyebab kenaikan suhu tubuh seperti infeksi, dehidrasi.
Ø Pertahankan
hidrasi yang adekuat.
Ø Kolaborasi
pemberian anti piretika.
7) Meningkatkan pengetahuan tentang cara penularan.
Ø Kaji
tingkat pemahaman pasien/keluarga tentang cara penularan diare.
Ø Jelaskan
cara penularan diare.
Ø Anjurkan
pasien/keluarga meningkatkan kewaspadaan umum (universal precaution) untuk
mencegah penyebaran penyakit seperti mencuci tangan dengan sabun, membersihkan
pakaian dan linen terkontaminasi dengan deterjen.
8) Mengatasi nyeri
Ø Kaji
toleransi pasien terhadap nyeri (PQRST).
Ø Jelaskan
penyebab nyeri abdomen.
Ø Ajarkan
teknik distraksi dan relaksasi.
Ø Kolaborasi
pemberian analgetika.
9) Pemantauan dan penanganan komplikasi :
asidosis metabolik.
Ø Pantau
kadar elektrolit serum setiap hari.
Ø Pantau
tanda vital terutama adanya pernapasan kussmaul.
Ø Kolaborasi
pemberian elektrolit sesuai program.
- EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi
hasil yang diharapkan dari tindakan diatas adalah ;
1) Melaporkan pola defikasi normal.
2) Mempertahankan keseimbangan
cairan :
Ø Mengkonsumsi
cairan peroral dengan adekuat.
Ø Melaporkan
tidak adanya keletihan dan kelemahan otot.
Ø Memperlihatkan
membran mukosa lembab dan turgor normal.
Ø Mengalami
keseimbangan masukan dan haluaran.
Ø Mengalami
berat jenis urine normal.
3) Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.
4) Mengalami penurunan tingkat
ansietas.
5) Mempertahan integritas kulit :
Ø Mempertahankan
kulit tetap bersih setelah defikasi.
Ø Menggunakan
pelembab atau salep sebagai barier kulit.
6) Mempertahankan keseimbangan suhu tubuh (tidak terjadi hipertermia)
7) Melaporkan nyeri yang terkontrol
8) Menunjukkan tindakan yang
mendukung pencegahan penularan.
9) Tidak
mengalami komplikasi :
Ø Elektolit
tetap dalam batas normal.
Ø Tanda
vital stabil.
Ø Tidak
ada pernapasan kussmaul.
WOC/Pathway Diare